“Hmm… udah mau ngomong sih. Cuma tadi nggak mau buka mata. Takut katanya.” jelas Vany, lalu Rimba hanya terdiam.
“Yaudah mas, aku balik dulu ya.” ucap Vany lalu berbalik ke arah tenda mereka.
Kontras sekali. Walau Vany mengalami kejanggalan bersama rombongannya, tapi rombongan lain tampak tidak terpengaruh. Mereka tampak bersenang-senang di tengah api unggun. Bernyanyi. Menari. Ataupun saling bertukar kisah.
Di dekat api unggun, Rimba mengobrol dengan Shandy.
“Aku udah cari di semua tenda.” ujar Rimba.
“Terus?” tanya Shandy.
“Nggak ada yang merasa melihat dua orang yang sama kita tadi. Ataupun merasa kehilangan 2 orang dari rombongan. Atau juga sekedar papasan sama mereka.” jelas Rimba.
“Jadi?” tanya Shandy lagi sambil berusaha menikmati makanannya.
“Aku nggak mau menyimpulkan sih.” jelas Rimba.
“Bro.. Malam ini kita fokus istirahat aja. Nggak usah mikir yang aneh-aneh. Besok kita pulang, terus kita bahas lagi. Yang penting pulang dulu.” tukas Shandy.
KYAAA!
Baru saja Shandy menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba terdengar teriakan dari tenda Ana dan Vany.
“MAS RIMBA! MAS RIMBA!” teriak Vany.