“Haha.. ha.. ha..” Doko mulai berhenti tertawa setelah menyadari kalau wanita tua itu sudah tak bergerak lagi. Tidak lenyap seperti yang ia kira. Ditambah lagi.. para tetangga sudah keluar dari rumah karena teriakan Doko yang menggelegar. Mereka menjadi saksi kekejian Doko pada wanita tua itu.
“MAS DOKO! NGAPAIN KAMU?!” teriak Robi tetangga yang pertama kali mengantarkan wanita tua itu ke depan rumahnya.
“DIAM KAMU! KAMU YANG BAWA WANITA PENYIHIR INI KAN?!” balas Doko tidak terima.
“PENYIHIR?! KAMU SUDAH NGGAK WARAS! DIA HANYA WANITA TUA BIASA!” balas Robi.
“HHH… Hha.. HA! HAHAHAHA! KAMU YANG GILA! DIA PENYIHIR! DIA BILANG MAU MERAMPAS SEMUA YANG ADA PADAKU!” ucap Doko makin meyakinkan para tetangganya kalau Doko lah yang tidak waras.
“Bapak Doko! DIAM DI TEMPAT!” ujar suara dari sisi lain. Rupanya ada warga yang sudah menelepon polisi sejak Doko ribut tadi.
Doko mengangkat tangannya, lalu berlutut sesuai perintah polisi. “Saya tidak bersalah, Pak! Wanita tua ini penyihir gila!” bela Doko.
“Kamu baru boleh bicara di kantor polisi!” ujar salah satu petugas sambil menggiring Doko ke dalam mobil tahanan.
Begitulah akhir kisah wanita tua penyihir itu dan juga akhir kisah Doko. Doko diganjar 15 tahun penjara karena dianggap melakukan pembunuhan yang didasarkan pada tidak-warasannya. Hanya saja, setahun di penjara membuat Doko semakin gila. Ia kemudian ditemukan tewas dengan menggigit lidahnya sendiri di sel tahanannya.
Epilog
“Apa motivasi Anda membunuh wanita tua tersebut?” tanya petugas investigasi.
“Kikikik!! Wanita? Apakah bapak yakin ia manusia biasa? Bukan penyihir?” Doko balas bertanya.
Petugas tersebut hanya diam. Kemudian keluar.
“Ia benar-benar gila, Pak.” Lapor petugas investigasi pada kepala penyidik. “Sudah berulang kali kita tanyakan kepadanya, ia tetap saja menanyakan balik mengenai wanita tua tersebut.”
“Lalu bagaimana dengan keluarga di rumah, atau warga sekitar? Apa keterangan mereka tentang wanita tua itu?” tanya kepala penyidik.
“Hanya wanita tua sebatang kara yang menjual jajan. Itu saja. Tak ada yang aneh dengan wanita tua itu. Setelah saya selidiki asalnya pun, wanita tua itu benar-benar tak memiliki keluarga lagi.” Jawab petugas.
“Wanita tua yang malang.” Ujar kepala penyidik sambil menggosok-gosok matanya. “Segera proses berkasnya!”
Hakim memutuskan hukuman 15 tahun penjara untuk Doko. Sementara Doko terus berteriak jika ia tak bersalah. Ia dimasukkan ke dalam sel yang terpisah dari narapidana lain. Jaga-jaga jika ia menyerang tahanan lain dengan brutal. Di sel tahanan, Doko meringkuk. Ia tak paham apa yang sedang terjadi. Sampai akhirnya.. di satu malam, ia mendengar seseorang berucap di sudut selnya…
“Jajannya nak? KIKIKIKIKIIIKKK!!!”
Baca juga: