Aku kembali ke kantor. Meletakkan seikat bunga di mejanya. Rupanya beberapa teman juga memikirkan hal sama. Beberapa ikat bunga sudah menghiasi meja Luna. Hari itu suasana kantor begitu kelabu karena kehilangan orang terbaiknya.
Kira-kira jam 8 malam, aku baru sampai rumah dan selesai mandi. Aku mulai membuka instagramku untuk melihat tutorial resep ataupun video orang Korea yang hobi makan. Entah kenapa itu semua berhasil menghiburku. Saat aku sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba sebuah SMS muncul di notifikasiku.
SMS? Zaman sekarang masih ada yang kirim SMS?
Kubuka SMS tersebut. Dari sebuah nomor tak dikenal.
Ndah…
Siapa ya kira-kira? Shanti atau siapa? Kubalas saja SMS itu..
Ya? Ini siapa ya?
Benar-benar tanpa curiga aku membalas SMS itu. Tidak lama kemudian handphoneku berbunyi lagi.
Ini Luna…
Seketika aku terperanjat membaca SMS itu. Kulempar handphoneku jauh-jauh. Untunglah mendarat di karpet yang empuk. Sumpah. Kalau ini kerjaan iseng si Shanti nggak lucu banget! Aku lagi sendirian di rumah untuk beberapa hari ke depan! Lagian, keterlaluan banget kalau si Shanti membuat bahan candaan terkait kematian temannya sendiri.
Aku memungut handphoneku. Masih menampilkan SMS yang super-creepy. Cepat-cepat kupencet tombol menu agar keluar dari pesan itu. Segera aku telepon Shanti.
Tut.. tut.. tut.. “Halo Ndah?” jawab Shanti dari balik telepon.
“Shan! Kamu jangan aneh-aneh deh!” jawabku ketus. Sementara handphoneku bergetar lagi, entah ada notifikasi apa lagi.
“Ha? Apa? Kenapa Ndah?” tanya Shanti keheranan.
“Kamu kirim SMS prank ‘kan ke aku? Pakai bawa-bawa nama Luna lagi. Nggak pantes tahu!” jawabku langsung menuduh Shanti.
“Luna? Apaan sih? Aku lagi di rumah Luna, masih ada doa di rumahnya ini lho! Udah ya!” jelas Shanti terdengar kesal.
Aku kecewa karena Shanti memutus teleponku. Aku berharap Shanti benar-benar iseng kepadaku.