Tak Ada Tempat Lain Seindah di Surga untuk Mencintai Dirimu

Nisa merasa pertemuan sore itu adalah pertemuan yang menyesakkan. Ia ‘hanya’ mendapatkan wajah khawatir dan usapan di kepalanya. Tapi ia tahu, saat ini ia tak mampu berharap lebih. Yang ia tahu, ia mencintainya dan ia percaya bahwa mereka akan bisa bersama suatu saat nanti.

Tak Ada Tempat Lain Seindah di Surga untuk Mencintai Dirimu (part 2)
Tak Ada Tempat Lain Seindah di Surga untuk Mencintai Dirimu

“Ingat.. kamu harus bantu skripsiku sampai kita berdua lulus nanti!” tegas Riyanti.

“Kalau kamu masih sayang sama ibumu, kalau kamu masih sayang sama hidupmu, lebih baik kamu nggak macem-macem.” lanjut Riyanti.

Malam itu Isnan memasuki neraka lagi. Sepanjang perjalanan pulang di mobil Riyanti terus menerus menginterogasinya dengan berbagai macam pertanyaan.

“Apa..” ucap Isnan. Riyanti yang semula terus mencecar pertanyaan kini diam.

“Riyanti.. apa yang sebenarnya kamu inginkan dari aku?” tanya Isnan dengan tenang.

“Kamu selalu mengancamku ini dan itu. Papamu membiayai kuliahku, itu benar. Dengan syarat menjadi kekasihmu, kuterima. Tapi.. pernahkah kamu berpikir mengapa kamu harus sampai dijodohkan dengan cara begini?” jelas Isnan.

“KURANG AJAR!” dan Riyanti melayangkan tamparannya ke pipi Isnan. Isnan kini menghentikan mobil yang dikemudikannya.

“KAMU KURANG AJAR ISNAN!” teriak Riyanti memekakkan telinga Isnan.

Isnan seperti terasuk keberanian yang kuat. Ia tak berkata apapun. Ia melepaskan sabuk pengamannya. Membuka pintu. Lalu berjalan kaki keluar dari jalan.

“BAJINGAN! KAMU MAU KE MANA ISNAN?! INGAT KAMU PUNYA UTANG SAMA PAPAKU!” teriak Riyanti.

Tapi kini Isnan tidak peduli lagi. Berbalik pun tidak. Isnan meninggalkan seorang gadis yang telah menyakitinya selama 3 tahun belakangan. Tak ada rasa cinta bagi Riyanti. Ia sadar bahwa ia salah telah memilih keputusan itu. Maka kini, Isnan siap dengan segala risiko yang akan ditanggungnya setelah ia berjalan keluar dari mobil.

Baca juga:

 

Tanpa Isnan ketahui, Riyanti yang semula berteriak kini sudah berada di luar mobil. Menatap Isnan yang berjalan semakin menjauh darinya. Air mata Riyanti dan kemarahannya bercampur.

“Ku.. rang.. a.. jar.. kamu Isnan! Huhuhu..” Riyanti menangisi hal yang tak pernah ia ketahui. Seperti seorang anak kecil yang tengah menangisi mainan yang bukan miliknya, pergi diambil oleh pemiliknya.


Hari ini hari ulang tahun Isnan. Nisa tak sabar untuk memberi kejutan di apartemen Isnan. Keduanya sepakat untuk tak memiliki rahasia, termasuk dengan hal saling menukarkan kunci apartemen. Nisa sudah beberapa kali berkunjung ke apartemen Isnan untuk sekedar memasakkan makan malam bagi Isnan.

Begitu pun sebaliknya, Isnan beberapa kali telah membawakan cemilan untuk sekedar nonton bersama di apartemen Nisa. Keduanya akhirnya memutuskan untuk saling bertukar kunci agar mereka bisa saling memeriksa apabila terjadi sesuatu, atau sekedar memberi kejutan seperti yang dilakukan Nisa hari ini.

Dekorasi sudah dipasang. Kado untuk Isnan sudah disiapkan. Kue tart dengan lilin ber-angka 23 sudah ia siapkan. Kini tinggal menunggu ekspresi terkejut dari Isnan. Sudah lama Nisa merencanakan kejutan ini.

 

Ting! Tong!

 

Saking senangnya Nisa, ia sampai lupa bahwa tuan rumah tak akan pernah membunyikan bel untuk masuk ke rumahnya sendiri. Ia berlari kegirangan menuju pintu, lalu membukakan pintu.

“Surpriseee!” teriak Nisa sambil membuka pintu.

Dan Riyanti berdiri di depan pintu. Sama terkejutnya dengan Nisa.

Riyanti melepaskan semua bawaannya. Matanya terbelalak ketika ia mengintip apartemen Isnan yang sudah terdekorasi cantik. Ia menatap seorang gadis yang tampaknya seumuran Isnan. Mulai menatap dirinya dengan ketakutan.

“Isnan bilang nggak pernah memberikan kunci apartemennya ke siapapun. Termasuk aku.” kata RIyanti terdengar marah.

“Dan sekarang.. siapa kamu? Ada di apartemen Isnan dengan semua dekorasi ini?” kini Riyanti mendesak Nisa mundur ke dalam apartemen.

“JADI GARA-GARA KAMU HAH ISNAN JADI KAYAK GITU??!!” teriak Riyanti lalu mulai melayangkan tamparannya pada Nisa. Nisa terkejut dan terjatuh. Riyanti kini menarik rambut NIsa dan menjambaknya. Nisa berteriak sekencang-kencangnya, “TOLONG! TOLOOONG!!”

“Biadab kamu! Dasar perempuan nggak tahu diri! Berani-beraninya ngrebut Isnan dari aku hah?!” Riyanti terus-menerus menjambak dan menampari Nisa. Nisa kini menangis karena benar-benar kesakitan dan tak sanggup melawan Riyanti yang begitu beringas.

“APA-APAAN INI?” Isnan berteriak menghentikan kekacauan yang terjadi di apartemennya.

Penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya?? Lanjutkan ke: Lebih Buruk Terjebak pada Orang yang Salah dibandingkan Jatuh Cinta pada Saat yang Tak Tepat

Baca juga:

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!