“Jadi gimana, ada cara untuk mengubah nasib saya secara tak kasat mata?” tanya Dana pada seorang tua yang sedang asyik meniupkan asap tebal dari mulutnya, membentuk lingkar-lingkar yang unik.
“Anak muda zaman sekarang ya.. memang tidak tahu sopan santun!” ujar pria itu kemudian tersedak dan mengambil segelas kopi yang ada di sebelahnya.
Dana tak gentar. Diambilnya sebuah kantong dan dilemparkannya ke meja yang ada di hadapan pria tua itu. Segera uang berserakan keluar dari kantong tersebut.
“Sama seperti namamu ya.. Nama memang doa.” Ujar pria tersebut kini dengan nada yang jauh lebih lembut. Dana hanya menatapnya dengan serius.
“Jadi.. kamu ingin tetap mampu menjalin relasi dengan kekasihmu? Maaf. Apa saya tidak salah dengar kalau kekasihmu.. juga.. seorang pria?” tanya pria tersebut dengan heran, namun Dana memilih untuk tidak mengulangi kisahnya dua kali.
“Baiklah. Dunia makin gila rupanya.” dengus pria tersebut kemudian mencari-cari sesuatu yang ia sembunyikan di balik dipannya. “Kalau kamu ingin mengubah nasib.” Kemudian pria tersebut mengambil suatu benda yang nampaknya seperti cincin berwarna hitam legam. “Dan memang ingin bersamanya di tatanan masyarakat ini, maka kamu harus mengubah dirimu sendiri.” Lalu menyerahkan beberapa gulungan kain yang entah diambil dari mana.
“Semua yang perlu kamu lakukan ada di situ. Baca sendiri.” Tutup pria itu kemudian memasuki rumahnya.
Dana hanya terpaku melihat pemberian pria tua tersebut. Dibukanya satu per satu dan dibacanya segala syaratnya, lalu Dana tersenyum lebar seolah ia telah mendapat sebuah pencerahan.
…