Wicak mencuri dengar, beberapa siswa memuji kesigapan guru teladan itu. Ada yang juga berbisik-bisik bahwa bapak guru sigap itu memenangkan argumen dengan petugas customer service sebuah distro khas Bali. Argumen apa? Jadi ada anak didik yang tak sengaja menjatuhkan amplop berisi uang sakunya. Namanya juga anak SMP, mungkin ia mengira bahwa dengan menyimpan semua uang sakunya ke dalam amplop akan aman. Sayangnya, tindakannya itu justru membuat semua uang sakunya berisiko untuk hilang dalam sekejap, entah itu karena jatuh ataupun pencopetan.
Kala itu si anak mengadu kepada bapak itu sambil menangis. Lantas bapak itu langsung menuju customer service untuk menanyakan kehilangan uang. Awalnya mereka tidak mengaku. Bapak itu terpaksa menelepon orangtua anak itu dan kemudian justru diminta untuk menanggung biaya belanja anak itu terlebih dahulu nanti akan diganti ketika sudah pulang. Bapak itu kemudian bingung karena sebagai guru, tentu saja uang sakunya tak begitu banyak.
Ia ingin membawakan oleh-oleh untuk keluarganya di rumah, tapi kali ini ia harus menanggung biaya belanja anak itu terlebih dahulu. Beruntung anak itu anak yang tahu diri. Ia menyadari kelalaiannya dan tak ingin merepotkan guru itu. Anehnya baru saja bis bersiap-siap hendak berangkat, customer service akhirnya menghampiri guru tersebut dan kemudian ingin bertemu dengan anak yang kehilangan uang itu.
Mereka ingin mengujinya.
Berbagai pertanyaan diajukan, mulai dari berapa nominal yang ada di dalamnya, hingga warna dan lekukan yang ada di amplopnya. Beruntung pula anak itu ingat dengan semua detailnya. Tapi anehnya petugas itu masih tetap sangsi.
“Kalau begitu, adik mau kasih saya berapa persen ke saya?” begitu pintanya. Dengan nada tinggi. Seperti orang memeras.
Mendengar kalimat yang terlontar dari petugas itu, si guru kemudian naik pitam, namun dengan gaya khasnya ketika marah si guru itu berucap sambil tersenyum seram dan dengan nada tetap lembut, “Anda siapa berani-beraninya minta imbalan? Anak ini sudah susah kehilangan uang saku dari orangtuanya. Saya ingin bertemu dengan manajer toko ini sekarang.”
Baca juga:
“Wah nggak boleh gitu dong pak? Saya bisa dipecat kalau seperti itu!” balas petugas tersebut. Masih dengan nada preman.
“YA JUSTRU ITU TUJUAN SAYA!” ucap guru itu dengan nada tinggi. Dan masih tersenyum.
Dengan terpaksa dan setengah takut, si petugas akhirnya mengembalikan amplop berisi uang saku anak itu. Bapak guru itu telah menjadi superhero para murid dua kali hari ini.
Dan malam ini. Mungkin. Atau tidak?
Setidaknya itulah yang dipikirkan Wicak dan kedua temannya yang baru saja “kabur” dari hotel dan nekat main ke Sanur bertiga tanpa pengawasan guru pendamping satupun. Mereka bosan dan ingin merasakan suasana pantai Sanur di malam hari. Sampai di sana, ternyata tak begitu banyak yang bisa mereka nikmati.
Hanya suara debur ombak di tengah kegelapan yang menyelimuti. Jika mereka menengok ke sisi timur, mereka akan melihat lampu-lampu penghias malam dari resort-resort yang ada di sekitar situ. Tapi mereka tak tertarik dan memilih pulang ke hotel.