“Siapa kamu?!” teriakku ketika melihat seorang nenek tiba-tiba berada di dekat meja kerjaku.
Nenek itu hanya tersenyum menanggapiku yang terkejut setengah mati. Sekalipun sudah tua, tampak sekali bahwa ia masih segar bugar dan penuh dengan semangat. Nenek itu memikili rambut yang digulung sehingga menyisakan sebuah pentolan seperti konde di atas kepalanya. Ia mengenakan daster berwarna kecoklatan dengan batik bermotif daun-daun yang berguguran. Anehnya, ia memegang sebuah sapu.
Baca juga:
“Apa yang nenek lakukan di sini?” tanyaku lagi.
“Cu, nenek sapu dulu ya semuanya!” katanya sambil membersihkan sekeliling meja kerjaku. Aku masih bingung siapa nenek ini dan mengapa ia di sini.
“Ini supaya kamu ‘eling’. Makanya nenek melakukan ini.” ujarnya.
Eling? Eling sama apa?? TIba-tiba semua menjadi gelap. Aku terbangun di meja kerjaku.
Rupanya aku melembur semalam suntuk. Nenek itu tadi hanyalah mimpi. Tapi mimpi yang terlalu aneh karena menyisakan pertanyaan yang besar dan masih kuingat. Pesannya adalah ‘eling’. Eling apa yang ia maksud? Aku harus mengingat-ingat siapa memangnya?
Kulihat hasil kerjaku mengunggah web semalaman. Akhirnya! Sempurna! Aku bisa memperoleh pendapatan besar dalam sekejap!
Aku adalah seorang web developer. Ya sesekali aku bermain sebagai spammer juga. Sebagian besar pendapatanku dihasilkan dari kegiatan sebagai seorang spammer. Bukan cara yang baik untuk memperoleh pendapatan, tapi.. aku senang. Saking senangnya dengan pekerjaanku ini, dua pertiga hidupku lebih banyak kugunakan untuk bekerja. Kegiatan lain? Jangan ditanya. Akan kulakukan kalau sedang mood!
Baru saja aku senang dengan ‘kesempurnaan’ webku, aku dikejutkan ketika sebuah email masuk ke HP-ku. Sebuah pemberitahuan bahwa salah satu situs yang menyumbang pendapatan besar bagiku diblokir karena melanggar kebijakan. Belum selesai dengan kekecewaan ini, muncul satu lagi pemberitahuan mengenai pembaharuan kebijakan yang semakin membatasi gerakanku. Astaga! Kesialan macam apa ini?!
Masalah tidak selesai sampai di situ. Bertubi-tubi kesialan menghampiriku. Klien yang biasanya datang begitu saja bagaikan air mancur yang tak pernah berhenti, kini tak pernah menghubungiku. Beberapa kali aku mengiklankan jasaku, tak ada yang ‘nyantol’ juga. Bahkan aku sampai jemput bola kepada calon-calon pelanggan. Yang biasanya dulu aku jual mahal, kini tampak seperti pengemis kelaparan.
Semua kesialan itu menimpaku bertubi-tubi hingga tiga bulan telah berlangsung. Tabunganku mulai habis karena harus membayar tagihan ini-itu dan harus menanggung biaya hidupku. Kini aku berpikir untuk pulang ke rumah orangtuaku. Tapi aku malu. Tiga tahun lalu, dengan pedenya aku keluar dari rumah dan dengan sombong aku menyewa apartemen. Kini aku seperti seorang mahasiswa di akhir bulan. Bahkan makan mie saja harus dikremes. Tidak ada air termos.
Entah apa yang merasukiku ketika aku membaca sebuah papan iklan di tiang listrik.
Butuh jasa orang pintar? Hubungi nomor ini: 081-2345-6789.
Aku saat itu juga menghubungi nomor telepon itu dan kami akan bertemu malam ini.