“Yan! Aku udah di plaza nih! Kamu di mana?” tanyaku segera setelah sampai di lantai 1 plaza A.
“Yaaah! Kamu sih nggak cepet-cepet! Aku sama rombonganku baru aja mau jalan ke plaza B. Kamu sudah di sini ya Rah?” tanya Ryan.
“Iya.. Duuhh..! padahal aku sudah cepet-cepet nih.”
“Aku tadi kayaknya lihat kamu deh! Kamu pakai baju cokelat kan?” tanya Ryan.
“Iyaa.. ya udah.. aku ke plaza B sekarang ya?” segera kututup telponku dan kuajak Aul segera beranjak ke plaza B.
Sesampainya di Plaza B, Ryan kuhubungi berulang kali tidak menjawab. Aku SMS tidak membalas sama sekali sampai besoknya.
Sejujurnya aku sangat kecewa. Kalau memang dia melihat aku tadi, kenapa dia tidak menyapa aku? Setidak-tidaknya menyapa aku!
Lalu yang kedua, sewaktu pemakaman temanku yang meninggal karena sakit. Tiba-tiba Ryan mengirimiku pesan, kalau dia juga ada di situ. Dia bilang kalau dia tahu aku ada di mana dan sedang memakai baju apa. Tapi anehnya, ketika aku bertanya ia di mana, dia hanya memberi petunjuk yang tidak jelas. Tadinya ia bilang kalau ia ada di dalam masjid di dekat sana. Sewaktu kukejar ke masjid, dia mengatakan kalau ia sudah tidak ada di sana. DAN SEMPAT MELIHATKU. HANYA SEMPAT MELIHATKU! Cowok apa-apaan itu?!
Baca juga:
Hari-hari selanjutnya, aku semakin bingung. Siapa Ryan sebenarnya? Dia seolah-olah selalu tahu di mana aku dan sedang apa aku saat itu. Ia juga pernah mengaku padaku kalau ia mengidap kanker parah, jadi tidak bisa bepergian jauh dan bertemu denganku. Hanya saja, rasanya terlalu lama untuk seorang pengidap kanker hidup sampai sekarang. Kebiasaan Ryan ini, pada akhirnya membuatku ketakutan. Apakah dia benar-benar ada? Atau sebenarnya Ryan hanyalah nama samaran? Sampai akhirnya..