Tapi sepertinya rasa aneh itu cepat berganti. Toh sikap Ryan yang begitu manis begitu bisa mencuri perhatianku. Foto Ryan yang terakhir dikirim kuedit jadi satu dengan fotoku. Lalu kuunggah di facebookku dan kutautkan kepadanya. Aku senang kalau punya pacar yang begitu baik dan setampan itu.
. . . . .
“Rah..coba kamu lihat di TV deh!” ujar temanku tiba-tiba.
“Emang ada apa?” fokusku teralihkan pada acara televisi yang sedang tayang.
“Ada yang kamu kenal nggak?” tanya temanku.
“Hmm? Apa sih Aul?” tanyaku heran sambil memicingkan mataku.
“Lihat deh.. Itu.. dancer cowoknya!”
Kulihat dancer itu satu per satu. Aku terkejut bukan main. Ryan ada di antara mereka! Atau sebenarnya bukan?
“Aneh nggak sih Rah? Apa Ryan pernah cerita ke kamu kalau dia ikut beginian?”
“Nggak per-nah sih.. Aneh.. memang..” jawabku terbata-bata. Masih bingung dengan semua ini.
“Kalau menurutku sih terlalu aneh Rah. Habis, fotonya kan juga berubah tiap kamu lihat.” Kata Aul sambil memakan es krimnya.
Baca juga:
Aku termenung. Mungkinkah Ryan itu tidak nyata?
Hari-hari berlalu. Semenjak kejadian melihat Ryan-di-televisi itu aku mulai canggung menanggapi obrolannya. Bahkan seringkali, muncul kejadian-kejadian aneh. Yang pertama, ketika ia mengajakku bertemu di salah satu plaza di Surabaya. Aku dan Aul segera ke sana dari Sidoarjo. Hanya untuk bertemu secara langsung dengan dia. Tapi . .