Lebih Buruk Terjebak pada Orang yang Salah dibandingkan Jatuh Cinta pada Saat yang Tak Tepat

“Baiklah kalau itu maumu. Kita habiskan malam terakhir kita bersama kalau begitu.” ujar Isnan sambil mengusap-usap rambut Nisa. Dada Isnan terasa hangat karena Nisa terisak begitu saja ketika Isnan mendekapnya.

Tak ada malam yang lebih indah dan sendu dibandingkan malam itu. Keduanya melepas waktu bersama. Berusaha untuk tak saling pergi, namun harus berpisah. Isnan terus berusaha mengulur waktu, Nisa pun sebenarnya tak ingin malam ini berakhir. Tapi ini semua harus diakhiri saat ini juga. Nisa memutuskan untuk tegas.

“Antar aku pulang sekarang! Sudah jam 4 pagi!” ucap Nisa dari belakang Isnan.

“Apa? Nggak kedengeran!” teriak Isnan.

“Kamu nggak usah bohong! Jalanan sudah sepi. Nggak mungkin kamu nggak denger. Pulangin aku sekarang!” teriak Nisa.

Isnan mendengus. Kini motor yang mereka kendarai berjalan menuju apartemen Nisa. Sesampainya di dekat apartemen, Nisa berkata, “Turunin aku di sini saja. Nggak usah ikut ke atas.”

“Kenapa? Sampai segitunya…” ujar Isnan sedih.

“Ya pokoknya.. kita selesai malam ini! Titik!” ucap Nisa. Kini tak ada air mata. Tapi sebuah ketegasan.

“Nis.. “ Isnan berusaha menjelaskan sesuatu.

“Sudah ya! Tak perlu ada penjelasan apapun lagi. Pulang sana!” usir Nisa langsung berbalik. Nisa terus berjalan ke arah pintu gedung apartemen. Tak mendengarkan suara motor yang beranjak. Langkah Nisa sempat tertahan, tapi ia harus terus berjalan pergi. Sampai akhirnya, suara motor Isnan terdengar menjauh. Nisa kini menumpahkan air matanya. Ia tak ingin Isnan justru sengsara hanya karena hubungan dengan dirinya.

Nisa begitu mencintainya, sampai harus rela melepasnya. Nisa tahu bahwa ia yang paling mencintai Isnan, begitupun Isnan. Tapi ia tak ingin Isnan menderita.

Nisa terduduk di tempat tidurnya, menatap beberapa pesan singkat dari nomor yang tak ia duga.

 

Jauhi Isnan mulai sekarang!

Papaku nggak akan segan untuk melukai Isnan, kalau aku bilang Isnan selingkuh.

Siapa ya yang bisa membayar utang Isnan ke papaku?
Perempuan nggak tahu diri!

Isnan anak tukan cuci piring! Kamu anak apa hah?! Dunia ini penuh pengemis kali ya?!

J*lang! P*lac*r! Mau jadi pahlawan kesiangan hah?! Isnan itu cuma milikku!

Aku sudah tahu kamu siapa! Jauhi Isnan, kamu, keluargamu, dan Isnan akan selamat!

 

Kini Nisa beranjak ke kontak Isnan. Ia hendak memblokir kontak Isnan. Nisa begitu ragu untuk memblokirnya. Berulang kali ia melihat pesan Isnan satu per satu. Lalu membuka foto yang mereka ambil bersama. Kembali ke kontaknya, dan selalu ragu. Akhirnya ia mantap memblokir Isnan. Tapi, sebelum jarinya menyentuh tanda blokir, sebuah pesan dari Isnan masuk.

 

Sayang..
Aku tahu mengapa kamu melakukan ini semua..
Dan masih.. aku percaya kamu dan akan selalu mencintaimu..
Semoga kelak kita dipertemukan di waktu dan tempat yg tepat..
Di saat itu kita akan mulai bertegur sapa..
Dan memulai kembali dari awal..

 

Nisa tak dapat menahan air matanya. Ia menangis terisak. Tak sanggup membendung kesedihannya berpisah dari Isnan. Ia tak tahu sampai kapan. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia yakin bahwa ia dan Isnan akan bertemu kembali siatu saat nanti. Dengan cerita yang baru.

Baca kisah awalnya di Tak Ada Tempat Lain Seindah di Surga untuk Mencintai Dirimu

Baca juga:

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!