Malam itu Taku merasa benar-benar kesepian. Kerja keras ia lakukan untuk hidup. Kekayaan ia peroleh. Perempuan dapat dengan mudah didapatnya dalam keadaan semacam ini. Tapi.. ia selalu tahu bahwa ada lubang menganga besar di hatinya.
Lubang itu bernama kesepian…
Awalnya lubang itu muncul ketika kehilangan ibunya. Kemudian menjadi besar ketika ayahnya pun pergi meninggalkannya. Tak berusaha menutupnya, Taku justru tanpa sadar memperbesar lubang itu dengan terus bekerja tanpa membiarkan orang lain mengetahui perasaannya.
Baca juga:
Rekan-rekan bisnisnya hanya tahu bahwa Taku adalah sosok pekerja keras. Berkumpul dengan rekan kerjanya jika diperlukan atau saat pesta kantor. Di sana mereka memiliki masalahnya masing-masing. Mereka memiliki lubang di hatinya masing-masing.
Saling membicarakannya bukanlah hal terbaik yang bisa dilakukan. Mereka akan pergi silih berganti dengan begitu saja. Jika hari ini ia ada, bisa jadi besok ia tak ada. Bisa jadi di antaranya akan dengan mudah ditemukan di hutan bunuh diri. Kemudian seperti biasa, mereka akan melanjutkan kembali tugas mereka sebagai seorang pekerja. Mereka tak mengenal waktu untuk berduka. Yang ada hanyalah waktu untuk bekerja.
Maka kini Taku berdiri di titik di mana ia merasa itu titik yang tepat untuk mengakhiri kisah hidupnya yang penuh perjuangan.
Hutan bunuh diri. Tak seperti namanya, ia tampak begitu mendamaikan bagi Taku.
Kini, hanya kesepian yang tersisa dalam hidupnya. Segala yang ia kumpulkan tak ada lagi maknanya bagi kehidupan ini. Ia bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja, menjadi pertanyaan yang bias saat ini.
Satu yang ia tahu, bahwa segala yang ia raih tidak lah menjamin ia memperoleh kehidupan yang bahagia.
Mungkin segala kesuksesan dan kekayaannya menyelesaikan beberapa masalah, namun tak semuanya. Dan entah bagaimana, dalam kehidupannya tak ada yang mampu menyelesaikan itu.
Di sinilah Taku, di tempat paling damai di Jepang, kembali dalam pelukan ayah dan ibunya.
Di situlah Taku merasakan kedamaian.
Biarlah orang lain menilai apa tentang dia yang memilih jalan akhir semacam itu.
Namun satu yang ia yakini…
Ia jauh lebih bahagia di sana daripada di dunia ini …
Baca juga: