Eri berlari ke dapur. Barangkali nenek sedang memasak nasi untuk makan malam. Namun, tidak ada seorang pun di dapur. Eri merasa aneh, ia seperti diterror oleh keberadaan Kakek penjual kerupuk itu. Eri panik dan kebingungan. Ke mana semua orang? Mengapa sore ini begitu sepi?
Baca juga:
Ia berlari lagi ke ruang tengah. Betapa terkejutnya Eri ketika melihat sesosok kakek tua. Kakek yang sama persis dilihatnya dari balik jendela ruang tamunya. Kakek penjual kerupuk. Dengan kedua gentong kerupuknya. Jongkok di antara keduanya. Menatap Eri dengan tajam.
Eri terdiam. Tidak sanggup berteriak.
Kakek tersebut hanya menatap Eri. Entah apa yang ada di pikirannya.
Eri mulai menangis. Ia tidak tahu siapa yang ada di hadapannya. ia tidak tahu ke mana semua orang pergi. Di saat seperti itu dengan suara keras kakek itu kembali berteriak,
“PHUKKKK.. PHUKKKK..”
Lalu dengan cepat berlari menghampiri Eri dengan wajah yang menyeramkan. Wajah seorang dengan napsu membunuh.
…
Nenek Eri pulang saat petang. Ia tak tega membangunkan Eri yang tertidur pulas untuk mengajaknya ikut hajatan kenalannya di kampung sebelah. Kata Eri, ia ingin menyimpan tenaga untuk mengalahkan musuh-musuh layangannya sore ini. Namun siapa yang menyangka, kalau kawan-kawannya juga ikut ibu mereka ke hajatan kampung sebelah? Pasti Eri kecewa setengah mati menunggu kawan-kawannya yang tak akan datang sore ini. Masih membayangkan wajah kecewa cucunya, sang nenek sadar kalau ada yang janggal di rumah. Lampu di seluruh rumah belum ada yang dinyalakan. Layangan Eri tergeletak begitu saja di ruang tamu.
“Erii..! Erii..!” teriak nenek. Tidak ada yang menjawab. Sangat sunyi. Kemudian disusul oleh kumandang Adzan Maghrib dari masjid.
Sang Nenek berjalan ke kamar Eri. Tidak ada seorang pun. Ia menyalakan lampu kamarnya. Tidak ada Eri di situ. Kemudian nenek berjalan ke dapur. Ia mendengar suara orang memotong sesuatu di telenan. Nenek berniat mengintip siapa gerangan yang ada di dapur. Sang nenek mengendap-endap di balik dinding dapur.
Baru saja nenek akan mengintip sedikit dari pintu dapur, sebuah wajah melengok keluar dari balik pintu dapur.
“PHUKKKK.. PHUKKKKKKK…”
Kakek itu bersuara keras dan berat sambil memegang pisau penuh darah segar di tangannya.
Dan semua menjadi gelap …
Baca juga: