Siswa Nakal ini Sedang Study Tour di Bali, Siapa Sangka Bahwa Ia akan Menemui Hal Menyeramkan yang Mengancam Nyawanya

Tertipu di Bali

Wicak adalah seorang biang kerok di SMPN 7 kotanya. Bersama dengan dua orang rekannya, ia selalu berbuat onar. Tidak jarang orangtuanya harus dipanggil karena perbuatannya. Pernah ia mengempeskan ban sepeda motor milik salah satu guru yang tak disenanginya. Wicak tak pernah cari muka dengan guru. Ia selalu terus terang bila tidak suka dengan seseorang. Segala perbuatannya sebenarnya tercipta karena ia selalu tidak puas dengan orang lain.

Sebenarnya ia ingin melakukan protes yang sedikit lebih elit, tapi apalah daya dia sebagai pelajar SMP saja dengan keterbatasan orangtua. Ia juga tak segan memanggil guru sejarah sebagai ‘pendongeng botak’ karena ia tak dapat menguasai sejarah jika hanya dinina-bobokan. Atau guru matematika sebagai ‘tukang curhat yang baperan’ karena sedikit-sedikit ketika ada teman yang disuruh maju mengerjakan soal matematika, bukannya turut menjelaskan dan mengoreksi, guru itu justru curhat mengenai segala sesuatu yang terjadi di tengah keluarganya. Wicak sampai selalu merasa bias, pelajaran yang ia hadapi apakah pelajaran matematika atau kursus perkawinan?

Sebenarnya, meskipun kerap berbuat onar dan juga suka cari masalah, Wicak memiliki prinsip dalam hidupnya bahwa senakal apapun dirinya, ia tak akan pernah berbohong.

Termasuk peristiwa yang satu ini.

Bulan itu satu angkatan kelas VIII SMPN 7 sedang study tour di Bali. Lagi-lagi Wicak bingung, mengapa study tour di Bali, dengan preposisi kata ‘study’ di depan, selalu lebih banyak porsi ‘tour’-nya. Katakan 20% study dan 80% tour begitulah. Itupun Wicak masih sangsi, sebenarnya apa yang ingin guru-guru ajarkan selama di Bali ini. Wicak bingung dan jengkel. setiap guru sibuk dengan urusan ‘kebahagiaannya’ masing-masing. Katanya study tour, tapi mengapa para guru malah plesiran sendiri-sendiri?

Baca juga:

 

Hari sudah malam ketika akhirnya Wicak dan rombongan kembali ke hotel tempat mereka singgah. Aneh-aneh saja kejadian hari ini. Masa ada, seorang guru pendamping bis tidak memeriksa kembali siapa saja anak yang ikut rombongan bisnya? Teman Wicak (yang tak pernah menganggapnya teman sebenarnya) ditinggal begitu saja di Tanah Lot. Sementara, perjalanan Tanah Lot ke hotel tidaklah dekat. Beruntung seorang guru yang memang sedari awal perjalanan ini begitu bertanggung jawab, hapal dengan anak didiknya. Padahal, kalau bisa dibilang, mengingat anak didik di sekolah negeri tidak mudah. Ada ribuan siswa yang diajar. Dan hebatnya bapak itu mampu mengingat semua dan sigap.

Bapak itu tegas. Ia tidak mau mengambil alih tanggung jawab atas anak itu. Ia ingin supaya guru yang bertanggung jawab terhadap rombongan bis yang sudah berjalan duluan itu meminta agar bis yang sudah beberapa ratus meter kembali ke parkiran dan mengambil anak yang tertinggal. Sesampainya di sana, si guru tak bertanggung jawab itu bersungut-sungut dan sambil bergumam protes bahwa guru yang sigap itu menjatuhkannya ke dalam kesulitan. Padahal, itu adalah buah dari kelalaiannya sendiri. Wicak selalu benci dengan kebanyakan guru di sini karena bersikap munafik. Salah, namun menyalahkan orang lain. Sudah begitu hanya berbicara di belakang.

Tentu saja dugaan Wicak tepat. Benar memang. Guru tak bertanggung jawab itu tampak ingah-ingih di depan guru yang sigap itu. Penuh dengan senyum palsu. Kepalanya diangguk-anggukkan meminta maaf kepada guru sigap itu. Tangannya beberapa kali mengusap kepala belakangnya. Tanda orang pandir.

Sementara, si anak kemudian berlari masuk ke dalam bis rombongan Wicak. Kemudian guru pandir itu masih mengangguk-angguk sambil melangkah mundur berterimakasih kepada guru sigap sebelum akhirnya berbalik dan naik ke dalam bis dengan muka cemberut. Kembali bersungut-sungut.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!