Bukan Cintanya yang Salah, Tapi Saatnya Saja yang Tidak Tepat

Boleh aku duduk di sini?

“Silahkan! Maaf!” dengan segera kuambil tasku dari bangku yang hendak kamu singgahi. Seandainya tasku hidup, mungkin ia akan tersinggung dengan caraku menariknya yang kasar.

“Maaf.. kayaknya aku ganggu ya?” katamu padaku dengan senyum yang langsung membuat waktu berjalan lebih lambat.

“Ah nggak kok! Aku cuma preview beberapa gambar yang aku ambil tadi.” ucapku sambil menunjuk kamera yang sedari tadi kupegangi dengan mesra layaknya kekasih.

Sempat terjadi keheningan sesaat di antara kita berdua, lalu kamu kembali membuat hatiku berdebar dengan berucap,

Baca juga:

 

“Oh iya,, namaku Eunike…”

Sebuah nama yang indah. Dan tak pernah kuduga kalau aku tak akan pernah melupakannya.

Tak terasa hari-hari kita jalani dan menjadi kebiasaan bagi kita untuk duduk di bangku sebelah jendela itu. Tawamu, sedihmu, kekonyolan kita, semua terabadikan di kameraku.

Hingga akhirnya kusadari… Aku tak lagi menganggap kisah ini sebagai kisah biasa.

Mungkin.. .

Akhir cerita kita bisa jadi luar biasa..

Malam ini kuputuskan untuk mengungkapkan semuanya kepadamu bersama semua kenangan kita.

Tak sabar ku menunggumu di bangku favorit kita. Setelah banyak hari dan malam kita lalui di bangku ini, akhirnya aku bisa membuat akhir cerita yang berbeda.

Tapi ternyata..

“Oh iya.. kenalin.. ini pacar aku..“ katamu dengan senyum yang sama yang membuatku jatuh cinta.

Mungkin akhir cerita kita..

Tetap jadi teman biasa..

Yang luar biasa..

*Kisah ini merupakan bentuk tulis ulang dari Kisah Eunike dan MV Maliq – Bagaimana Kutahu

Baca juga:

Nara Pandhu
Nara Pandhu
Suka dengan hal-hal berbau misteri. Sudah menulis cerita misteri sejak tahun 2012.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!